Selasa, 12 Mei 2009

Pesantren;Asal-Usul ,Pertumbuhan,Karakteristik Dan Unsur-Unsur Kelembagaan

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Perkembangan pendidikan islam di Indonesia antara lain ditandai oleh munculnya berbagai lembaga pendidikan secara bertahap,mulai dari yang amat sederhana,sampai dengan tahap yang sudah terhitung modern dan lengkap.salah satunya adalah pesantren.

Menurut Ahmad Syafi’i Nur :

“ pesantren atau pondok adalah lembaga yang dapat dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan dan selanjutnya,ia dapat merupakan bapak dari pendidikan Islam[1]“.

Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri,sedangkan Pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bambu.Disamping itu kata pondok mungkin berasal dari bahasa arab “Funduq“ yang berarti “Hotel atau Asrama[2]“.

Sesuatu yang unik pada dunia pesantren adalah begitu banyak variasi antar satu pesantren dengan pesantren yang lain.Namun demikian,dalam berbagai aspek dapat ditemukan kesamaankesamaan umum.Kalau ditelusuri lebih lanjut,maka akan ditemukan kesamaan-kesamaan umum dan variabel-variabel struktural seperti bentuk kepemimpinan,organisasi pengurus,dewan kiai atau dewan guru,susunan rencana pelajaran,kelompok santri dan bagian-bagian lain yang apabila dibandingkan antara satu pesantren dengan pesantren yang lain,dari satu daerah dengan daerah yang lain,maka akan ditemukan tipologi dan variasi dunia pesantren[3].

Kehadiran pesantren tidak dapat dipisahkan dari tuntutan umat.Karena itu,pesantren sebagai lembaga pendidikan selalu menjaga hubungan yang harmonis dengan masyarakat di sekitarnya sehingga keberadaannya di tengah-tengah masyarakat tidak menjadi terasing.Dalam waktu yang sama segala aktifitasnya pun mendapat dukungan dan apresiasi dari masyarakat sekitarnya.

Karena keunikannya itu maka pesantren hadir dalam berbagai situasi dan kondisi;dan hampir dapat dipastikan bahwa lembaga ini,meskipun dalam keadaan yang sangat sederhana dan karakteristik yang beragam,tidak pernah mati.

Menurut Azyumardi Azra Bahwa :

“Pesantren mampu bertahan bukan hanya karena kemampuannya untuk melakukan adjusment dan readjustment seperti terlihat diatas.Tetapi juga karena karakter eksistensialnya,yang dalam bahasa Nurkholis Madjid disebut sebagai lembaga yang tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga “mengandung makna keaslian Indonesia (Indegenous).Sebagai Indigenous,pesantren muncul dan berkembang dari pengalaman sosiologis masyarakat lingkungannya[4]“.

Berdasarkan pemikiran diatas,maka makalah ini mencoba menjelaskan asal usul pesantren ,pertumbuhan,karakteristik dan unsur-unsur kelembagaan.

B.Rumusan Masalah

1.Bagaimanakah Asal-Usul Pesantren?

2.Bagaimanakah Pertumbuhan Kelembagaannya?

3.Bagaimana Karakteristik Pesantren

4.Apa saja unsur-unsur kelembagaan pesantren?

C.Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Menjelaskan Asal-usul pesantren

2.menjelaskan Pertumbuhan Kelembagaan pesantren

3.Menjelaskan Bagaimana Karakteristik Pesantren

4.membahas unsur-unsur kelembagaan pesantren?

C.Metode Pembahasan

Pembahasan ini menggunakan Metode Analisis-Deskriptif,metode ini dipakai untuk mengungkapkan asal usul pesantren ,pertumbuhan,karakteristik dan unsur-unsur kelembagaan sebagaimana adanya.Kemudian,dianalisis secara kritis perkembangannya dan kemajuan pesantren.Data atau informasi mengenai pesantren dilacak dari kajian-kajian terdahulu yang pernah dilakukan oleh para ahlibaik berupa buku maupun artikel.

BAB II PEMBAHASAN

Pesantren; Asal Usul ,Pertumbuhan,Karakteristik Dan Unsur-Unsur Kelembagaan.

A.Asal-Usul Pesantren

Tidak jelas dan tidak banyak referensi yang menjelaskan kapan pesantren pertama berdiri,bahkan istilah pesantren,kiai dan santri masih diperselisihkan.

Menurut asal katanya pesantren berasal dari kata santri yang mendapat imbuhan awalan Pe dan akhiran an yang menunjukan tempat.Dengan demikian pesantren artinya “Tempat para santri“.Selain itu,asal kata pesantren terkadang dianggap gabungan dari kata sant (Manusia Baik) dengan suku Tra (Suka Menolong) sehingga kata pesantren dapat berarti „Tempat Pendidikan Manusia baik-baik[5]

Ada yang berpendapat bahwa pada umumnya berdirinya suatu pesantren diawali dari pengakuan masyarakat akan keunggulan dan ketinggian ilmu seorang guru atau kiai..Karena keinginan menuntut dan memperoleh ilmu dari kiai atau guru tersebut maa masyarakat sekitar bahkan dari luar daerah datang kepadanya untuk belajar.Mereka lalu membangun tempat tinggal yang sederhana disekitar tempat tinggal guru atau kiai tersebut[6].

Wahjoetomo,mengatakan bahwa pesantren yang berdiri di tanah air,khususnya di jawa dimulai dan dibawa oleh wali songo,dan tidak berlebihan bila dikatakan bahwa pondok pesantren yang pertama didirikan adalah “Pondok Pesantren yang pertama didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim atau terkenal dengan sebutan Syekh Maulana Maghribi (Wafat tanggal 12 Robi’ul awal 822 H atau tanggal 8 april 1419 M di Gresik[7]“.

Secara terminologis Steenbrink menjelaskan bahwa dilihat dari bentuk dan sistemnya,pesantren berasal dari India[8].Ini membuktikan sebelum proses penyebaran islam di Indonesia sudah digunakan secara umum untuk pengajaran Hindu Jawa.Setelah Islam tersebar di jawa sistem tersebut diambil oleh Islam.Juga istilah ngaji,istilah pondok,langgar di jawa,Surau di Minangkabau,Rangkang Aceh,Bukan berasal dari bahasa arab,merupakan istilah yang terdapat di India.

Dari segi bentuknya antara pendidikan Hindu di Indonesia dan pesantren dapat dianggap sebagai petunjuk asal-usul pendidikan pesantren,seperti penyerahan tanah dari negara untuk kepentingan agama,sistem pendidikan hindu maupun pesantren di indonesia tidak dijumpai pada sistem pendidikan yang asli di Mekkah,letak pesantren yang didirikan di Desa[9].Semua itu dapat dijadikan alasan untuk membuktikan bahwa asal-usul pesantren dari India.

Mahmud yunus menyatakan dalam sejarah pendidikan islam bahwa asal usul pesantren yang menggunakan bahasa arab pada awal pelajarannya,ternyata dapat ditemukan di Baghdad ketika menjadi pusat dan ibukota wilayah islam,tradisi menyerahkan tanah oleh negara dapat ditemukan dalam sistem waqaf[10].

Dengan mengemukakan pendapat para pakar tersebut,membutikan bahwa persoalan-persoalan historis tentang asal-usul pesantren tidak dapat diselesaikan dan dipahami secara keseluruhan,sebelum problematika yang lannya terselesaikan terlebih dahulu,yaitu tentang kedatanga Islam di indonesia.

B.Pertumbuhan Kelembagaan Pesantren

Akar Historis keberadaan pesantren dapat dilacak jauh kebelakang kemasa-masa sebelum kemerdekaan Indonesia.Ketika para wali songo menyiarkan dan menyebarkan Islam di tanah Jawa,mereka memanfaatkan Masjid dan pondok pesantren sebagai sarana dakwah yang efektif.Para wali songo itu mendirikan masjid dan padepokan (Pesantren) sebagai pusat kegiatan mereka dalam mengajarkan dan mendakwahkan agama Islam.Misalnya,Raden rahmat (Yang dikenal sebagai sunan Ampel) mendirikan pesantrennya didaerah kembang kuning (Surabaya).Pesantren ini pada mulanya hanya mempunyai tiga orang santri,yaitu Wiryo Suryo,Abu Hurairoh dan Kiai Bangkuning[11].Setelah melalui beberapa kurun masa pertumbuhan dan perkembangannya,pondok pesantren bertambah banyak jumlahnya dan tersebardi pelosok-pelosok tanah air.Pertumbuhan dan perkembangan pesantren ini didukung oleh beberapa faktor sosio-kutural-keagamaan yang kondusif sehingga eksistensi pesantren ini semakin kuat berakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Dalam Bukunya Dr.Faisal Ismail,MA,Paradigma Kebudayaan islam ;Studi Kritis dan refleksi Historis , bahwa Faktor-Faktor yang menopang menguatnya keberadaan pesantren ini antara lain dapat disebutkan sebagai berikut :

1)Karena agama islam telah semakin tersebar dipelosok-pelosok tanah air,maka masjid-masjid dan pesantren-pesantren semakin banyak pula didirikan olehumat islam untuk dijadikan sarana pembinaan dan pengembangan syiar islam

2) Kedudukan dan kharisma kiai dan ulam (yang memperoleh penghormatan,penghargaan dan perhatian dari penguasa pada masa itu)sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan pesantren.Sebagai contoh,Pesantren tegal sari di jawa timur didirikan pada tahun 1792 atas anjuran susuhunan II.

3) Siasat belanda yang terus memecahbelah antara penguasa dan ulamatelah mempertinggi semangat jihad umat islam untuk melawan belanda.menghadapi situasi ini,para ulama hijrah ketempat-tempat yang jauh dari kota dan mendirikan pesantren sebagai basis pemusatan kekuatan mereka

4) Kebutuhan Umat Islam yang semakin mendesak akan sarana pendidikan yang islami,karena sekolah-sekolah belanda secara terbatas hanya menerima murid-murd dari kelas sosial tertentu

5) Semakin lancarnya hubungan antara indonesia dan tanah suci Mekkah yang memungkinkan para pemuda islam indonesia untuk belajar ke Mekkah yang merupakan pusat studi Islam.Sepulangnya dari mekah,banyak diantara mereka yang mendirikan pesantren untuk mengajarkan dan mengembangkan agama islam didaerah asal mereka masing-masing[12].

Demikianlah,pada masa awal pembentukannya pondok pesantren telah tumbuh dan berkembang secara subur dengan tetap menyandang ciri-ciri tradisionalnya.Setelah berabad-abad lamanya,pesantren semakin berkembang dan kini jumlahnya mencapai rbuan.Menurut buku laporan yang dikeluarkan oleh Departemen Agama pada tahun 1982,jumlah pesantren yang ada di indonesia tercatat sebanyak 4.890 Buah[13].

C. Karakteristik Pendidikan Pesantren

Untuk mengetahui karakteristik pendidikan pesantren,maka dapat dilacak dari berbagai segi yang meliputi keseluruhan sistem pendidikan:seperti materi pelajaran dan metode pengajaran,prinsip-prinsip pendidikan,sarana dan tujuan pendidikan pesantren,kehidupan kiai dan santriserta hubungan keduanya.

1)Materi pelajaran dan Metode Pengajaran

Sebagai lembaga pendidikan islam,pesantren pada dasarnya hanya mengajarkan agama,sedangkan sumber kajian atau mata pelajarannya ialah kitab-kitab dari bahasa arab.Pelajaran agama yang dikaji dipesantren adalah Al-Qur’an dengan tajwidnya dan tafsirnya,aqaid dan ilmu kalam,fiqih dan usul fiqih,hadits dan mustholahul hadits,Bahasa arab dengan ilmu alatnya seperti nahwo,sharaf,bayan,ma’ani,badi‘ dan ‘arud ,tarikh,mantiq dan tasawuf.Kitab yang dikaji di pesantren umumya kitab-kitab yang di tulis dalam abad pertengahan,yaitu abadke-12 sampai dengan abad ke-15 atau lazim disebutdengan “Kitab Kuning“[14].

Adapun metode yang lazim dipergunakan dalam pendidikan pesantren ialah wetonan,sorogan,dan hafalan.Metode Wetonan adalahmetode kuliah dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk disekeliling kiai yang menerangkan pelajaran.Santri menyimak kitab masing-masing dan mencatat jika perlu.

Metode sorogan adalah suatu metode dimana santri menghadap guru atau kiai seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya,kiai membacakan dan menerjemahkannya kalimat perkalimat;kemudian menerangkan maksudya.

Metode Hafalan ialah suatu metode dimana santri menghafal teks atau kalimat tertentu dari kitab yang dipelajarinya .Biasanya cara menghafal ini diajarkan dalam bentuk syair atau Nazam[15].

Dalam buku yang di editori oleh Mastuki HS,M.Ag dan M.Ishom El-saha,M.Ag. yang berjudul Intelektualisme Pesantren;Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era Perkembangan Pesantren, menurut Martin bahwa ada perbedaan yang paling menonjol antara pesantren di era pertumbuhan dan pesantren di era perkembangan.Jika pesantren di era pertumbuhan lebih menitik beratkan transmisi mistisisme di era perkembangan berdiri dan berkembang secara variatif,berciri khas sesuai kuriulum yang dikembangkan,Memang benar bahwa diera pertumbuhan pesantren,pada abad ke 16 sampai abad ke 18,kitab kuning sudah dipelajari umat islam.tapi hal itu lebih banyak merujuk kepada kitab-kitab tasawuf panteistis,dan hanya ada dua kitab fiqh,yaitu :Al-Taqrib Fi al Fiqh dan Al-Idhaah Fi al Fiqh.Sumber lain menambahkan,ada dua kitab tafsir yang sudah dipelajari,masing-masing;Al-Jalalain dan Al-Baidhawi.karenanza menurut Martin,wawasan intelektual pada abad ke-16 sampai abad ke-18 dipandang lebih luas dibandingkan dengan pesantren di era abad ke-19.Hal ini bisa dimaklumi karena alasan yang dipakainya adalah merujuk kepada kitab-kitab tasawuf yang memang komprehensif dikaji pada masa pertumbuhan pesantren,mencakup tasawuf falsafi dan tasawuf ortodoks.Sementara di era perkembangan pesantren,kitab tasawuf yang dikaji hanyalah kitab tasawuf ortodoks,seperti Ihya ulumuddin[16].

Beda halnya jika martin berbicara tentang kitab kuning secara umum.Pastinya ia akan sependapat,bahwa kitab yang diajarkan pada masa perkembangan pesantren sangatlah komprehensif.Pasalnya,di era perkembangan pesantren mulai dikembangkan pesantren salafiyah,karena mengajarkan kitab-kitab kuning terutama fiqh,tafsir dan tasawuf;adapula pesantren alat,karena menitikberatkan kajian nahwu sharaf;serta ada pesantren al-qur’an yang mengkhususkan diri pada hafalan kitab suci dan ilmu qiroat (bacaan Al-Qur’an).

Momentum Pembentukan Tradisi kitab kuning di Indonesia menurut Azyumardi Azra menemukan momentum terkuatnya sejak awal abad ke-19,yakni ketika pesantren-pesantren,surau-surau,pondok-pondok mulai berkembang dan mapan sebagai institusi pendidikan islam tradisional diberbagai daerah di Nusantara[17].

2) Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan esantren tidak dibatasi seperti dalam lembaga-lembaga pendidikan yang memakai sistem klasikal.Umumnya,kenaikan tingkat seorang santri ditandai dengan tamat dan bergantinya kitab yang dipelajarinya.Apabila seorang santri telah menguasai satu kitab dan telah lulus imtihan (Ujian) yang diuji oleh kiai nya,maka ia berpindah ke kitab yang lain.Jadi jenjang pendidikan tidak ditandai dengan naiknya kelas seperti dalam pendidikan formal,tetapi pada penguasaan kitab-kitab yang telah ditetapkan dari yang paling rendah sampai paling tinggi[18].

3) Fungsi Pesantren

Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga sosial dan penyiaran agama.Sementara Azyumardi azra menyatakan bahwa ada tiga fungsi pesantren tradisional.Pertama,transmisi dan transfer ilmu-ilmu keislaman,Kedua,Pemeliharaan Tradisi keislaman dan ketiga,reproduksi ulama[19].

4) Prinsip-Prinsip Pendidikan Pesantren

Sesuai dengan fungsinya yang komprehensif dan pendekatannya yang holistik,pesantren memiliki prinsip-prinsip utama dalam menjalankan pendidikannya.Setidaknya ada dua belas prinsip yang dipegang teguh pesantren :“(1)theocentric; (2)Sukarela dalam pengabdian; (3)kearifan; (4)kesederhanaan;(5)kolektivitas;(6)mengatur kegiatan bersama;(7) kebebasan terpimpin;(8)kemandirian (9)pesantren adalah tempat mencari ilmu dan mengabdi;(10)mengamalkan ajaran agama (11) belajar di pesantren bukan untuk mencari Ijazah (12) restu kiai artinya semua perbuatan yang dilakukan oleh setiap warga pesantren sangat bergantung pada kerelaan dan do’a dari kiai[20].

5) Sarana dan tujuan Pesantren

Dalam bidang sarana,pesantren tradisional ditandai oleh ciri khas kesederhanaan.Sejak dulu lingkungan atau kompleks pesantren sangat sederhana.Tentu saja kesederhanaan secara fisik kini sudah berubah total.Banyak pesantren tradisional yang memiliki gedung yang megah.Namun,Kesederhanaan dapat dilihat dari sikap dan prilaku kiai dan santri serta sikap mereka dalam pergaulan sehari-hari.Sarana belajar misalnya,masih tetap dipertahankan seperti sedia kala,dengan duduk diatas lantai dan di tempat terbuka dimana kiai menyampaikan pelajaran.

Mengenai tujuan pesantren,sampai kini belum ada suatu rumusan yang definitif.Antara satu pesantren dengan pesantren yang lain terdapat perbedaan dalam tujuan,meskipun semangatnya sama,yakni untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat serta meningkatkan ibadah kepada Allah SWT.Adanya keberagaman ini menandakan keunikan masing-masing pesantren dan sekaligus menjadi karakteristik kemandirian dan independensinya.

6) Kehidupan Kiai dan Santri

Kehidupan di pesantren berkisar pada pembagian kegiatan berdasarkan shalat lima waktu.Dengan sendirinya pengertian waktu pagi,siang dan sore di pesantren menjadi berbeda dengan pengertian diluar.dalam hal inilah misalnya sering dijumpai santri yang menanak nasi ditengah malam,mencuci pakaian menjelang terbenam matahari.Dimensi waktu yang unik ini tercipta karena kegiatan pokok pesantren dipusatkan pada pemberian pengajian kitab teks (Al-Kutub Al-Muqararah) pada setiap selesai sholat wajib.Demikian pula ukuran lamanya waktu yang dipergunakan sehari-hari;pelajaran diwaktu tengah hari dan malam lebih panjang daripada diwaktu petang dan subuh.

Corak kehidupan pesantren juga dapat dilihat dari struktur pengajaran yang diberikan secara berjenjang dan berulang-ulang.Masing-masing kitab dipelajari bertahun-tahun bahkan pengajaran dipesantren tidak mengenal kata tamat atau selesai.

Dari pembahasan diatas dapat diketahui bahwa karakteristik kehidupan pesantren yang sebenarnya,sebagai sesuatu yang berbeda dengan sistem pendidikan pada umumnya.

Setidaknya ada delapan ciri kehidupan di pesantren[21] :

a)Adanya hubungan yang akrab antara santri dengan kiainya

b) Kepatuhan santri kepada kiai

c)Hidup hemat dan sederhana benar-benar diwujudkan dalam lingkungan pesantren

d)Kemandirian

e)Jiwa tolong menolong dan suasana persaudaraan

f)Disiplin sangat dianjurkan

g)Berani menderita untuk mencapai satu tujuan

h)Pemberian Ijazah [22].

D. Unsur Unsur Kelembagaan Pesantren

Dalam lembaga pendidikan islam yang disebut pesantren sekurang-kurangnya ada unsur-unsur:kiai yang mengajar dan mendidik serta menjadi panutan,santri yang belajar pada kiai,masjid sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan dan shalat jamaah,dan asrama tempat tinggal para santri.

Selain unsur-unsur kelembagaan,karakteristik pesantren juga dapat dilihat dari struktur organisasinya yang meliputi;Status kelembagaan,struktur organisasi,gaya kepemimpinan,dan suksesi kepemimpinan.

Setiap pesantren memiliki struktur yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan kebutuhan masing-masing.Ciri-ciri umum struktur organisasi pesantren dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya pesantren mempunyai dua sayap:sayap yang menjaga nilai-nilai kebenaran absolut dan sayap yang menjaga nilai-nilai kebenaran relatif.Sayap pertama bertanggung jawab pada pelestarian kebenaran atau kemurnian agama,sedangkan sayap kedua bertanggung jawab pada pengamalan nilai-nilai absolut,baik dalam pesantren maupun diluar pesantren.Ajaran kiai,ustad,kitab-kitab agama yang diajarkan di pesantren diyakini memiliki kebenaran absolut oleh para santri,karena itu tidak perlu dipertanyakan lagi kebenaran dan keabsahansebuah ajaran mereka hanya memahami dan mengamalkannya.

Gaya kepemimpinan pesantren adalah mempunyai daya untuk menggerakan dan mengarahkan unsur pelaku pesantren untuk berbuat sesuatu sesuai kehendak pimpinan.Karena landasan keikhlasan,maka apa saja yang direncanakan mendapat dukungan penuh baik dari santri maupun masyarakat luas.

Suksesi kepemimpinan terutama pada pesantren milik pribadi adalah bersifat patrimonial,dimana kepemimpinan diwariskan kepada keluarganya,seperti dari pendiri diwariskan kepada anaknya,menantu dan cucunya;tetapi juga kadangkala diserahkan kepada santri senior yang berprestasi;tanpa harus ada hubungan keluarga.

BAB III

KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Tidak jelas dan tidak banyak referensi yang menjelaskan kapan pesantren pertama berdiri,bahkan istilah pesantren,kiai dan santri masih diperselisihkan.

2. Akar Historis keberadaan pesantren dapat dilacak jauh kebelakang kemasa-masa sebelum kemerdekaan Indonesia.Ketika para wali songo menyiarkan dan menyebarkan Islam di tanah Jawa,mereka memanfaatkan Masjid dan pondok pesantren sebagai sarana dakwah yang efektif.Para wali songo itu mendirikan masjid dan padepokan (Pesantren) sebagai pusat kegiatan mereka dalam mengajarkan dan mendakwahkan agama Islam.Misalnya,Raden rahmat (Yang dikenal sebagai sunan Ampel) mendirikan pesantrennya didaerah kembang kuning (Surabaya).Pesantren ini pada mulanya hanya mempunyai tiga orang santri,yaitu Wiryo Suryo,Abu Hurairoh dan Kiai Bangkuning.Setelah melalui beberapa kurun masa pertumbuhan dan perkembangannya,pondok pesantren bertambah banyak jumlahnya dan tersebardi pelosok-pelosok tanah air.Pertumbuhan dan perkembangan pesantren ini didukung oleh beberapa faktor sosio-kutural-keagamaan yang kondusif sehingga eksistensi pesantren ini semakin kuat berakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

3. Untuk mengetahui karakteristik pendidikan pesantren,maka dapat dilacak dari berbagai segi yang meliputi keseluruhan sistem pendidikan:seperti materi pelajaran dan metode pengajaran,prinsip-prinsip pendidikan,sarana dan tujuan pendidikan pesantren,kehidupan kiai dan santriserta hubungan keduanya.

4. Dalam lembaga pendidikan islam yang disebut pesantren sekurang-kurangnya ada unsur-unsur:kiai yang mengajar dan mendidik serta menjadi panutan,santri yang belajar pada kiai,masjid sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan dan shalat jamaah,dan asrama tempat tinggal para santri. Selain unsur-unsur kelembagaan,karakteristik pesantren juga dapat dilihat dari struktur organisasinya yang meliputi;Status kelembagaan,struktur organisasi,gaya kepemimpinan,dan suksesi kepemimpinan.

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata,H.(Ed),Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia,grasindo,yakarta,2001,h.93

Ahmad Syafi’i Nur,Pesantren :Asal Usul Dan Pertumbuhan Kelembagaan,Dalam Buku yang di Edit oleh Abuddin Nata yang berjudul Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia,Grasindo,Jakarta,2001

Azyumardi Azra,Prof.Dr.H.,Pendidikan Islam;Tradisi Dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,Logos,Jakarta,2002

Dawam rahardo,M. (Ed.),Pesantren Dan Pembaharuan,LP3ES,Jakarta,1974

.Hasbullah, Drs.,Sejarah pendidikan Islam di Indonesia,Raja Grafindo Persada,Jakarta,1996

Zamakhsyari Dofier,Tradisi Pesantren,LP3ES,Jakarta ,1983

Mahmud Yunus,Sejarah pendidikan Islam,Raja Grafindo Persada,Jakarta,1996

Marwan Saridjo et.al.,Sejarah Pondok Pesantren Di Indonesia,Drama Bakti,Yakarta,1982

Mastuki HS,M.Ag dan M.Ishom El-saha,M.Ag. ,Intelektualisme Pesantren;Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era Perkembangan Pesantren,Diva Pustaka,Jakarta,2003

Wahjoetomo, Dr.dr.,Perguruan Tinggi Pesantren,LP3ES,Yakarta,1994,h.5



[1] Ahmad Syafi’i Nur,Pesantren :Asal Usul Dan Pertumbuhan Kelembagaan,Dalam Buku yang di Edit oleh Abuddin Nata yang berjudul Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia,Grasindo,Jakarta,2001,h.89

[2] Zamakhsyari Dofier,Tradisi Pesantren,LP3ES,Jakarta ,1983,h.18

[3] M.Dawam rahardo (Ed.),Pesantren Dan Pembaharuan,LP3ES,Jakarta,1974,h.24

[4] Azyumardi Azra,Pendidikan Islam;Tradisi Dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,Logos,Jakarta,2002,h.108

[5] Dr.dr.Wahjoetomo,Perguruan Tinggi Pesantren,LP3ES,Yakarta,1994,h.5

[6] Drs.Hasbullah,Sejarah pendidikan Islam di Indonesia,Raja Grafindo Persada,Jakarta,1996,h.138

[7] Dr.dr.Wahjoetomo,Op.Cit.

[8] Dalam H.Abuddin Nata (Ed),Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia,grasindo,yakarta,2001,h.93

[9] Ibid.,h.93

[10] Mahmud Yunus,Sejarah pendidikan Islam,Raja Grafindo Persada,Jakarta,1996.,h.31

[11] Marwan Saridjo et.al.,Sejarah Pondok Pesantren Di Indonesia,Drama Bakti,Yakarta,1982,h.25

[12] Dr.Faisal Ismail,MA,Paradigma Kebudayaan islam ;Studi Kritis dan refleksi Historis,Titian Ilahi Press,Yogyakarta,2003,h.107

[13]Dr.Faisal Ismail,MA, Ibid.h.108

[14] H.Abuddin Nata (Ed),Loc.Cit.h.107

[15] Ibid.,h.107-108

[16] Mastuki HS,M.Ag dan M.Ishom El-saha,M.Ag. ,Intelektualisme Pesantren;Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era Perkembangan Pesantren,Diva Pustaka,Jakarta,2003,h.3

[17]Prof.Dr.Azyumardi Azra, Pendidikan Islam;Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,Logos,Jakarta,2002,h.114

[18] H.Abuddin Nata (Ed),Loc.Cit.h.110

[19]H.Abuddin Nata (Ed), Ibid.,h.112

[20]H.Abuddin Nata (Ed), Ibid.,h.113

[21] Ciri-ciri diatas merupakan pesantren dalam bentuk yang masih murni belum adanya pengadopsian sistem pendidikan moder.

[22] H.Abuddin Nata (Ed), Ibid.,h.18-120

Comments :

0 komentar to “Pesantren;Asal-Usul ,Pertumbuhan,Karakteristik Dan Unsur-Unsur Kelembagaan”


Posting Komentar